Rahasia Dibalik Khasiat Kerokan
Cara
tradisional yang acapkali digunakan untuk mengusir ”masuk angin” adalah
kerokan. Teknik pengobatan ini sudah dikenal luas dan dipraktekan secara
turun-temurun, khususnya di lingkungan masyarakat Jawa. Namun, tidak ada yang
tahu persis bagaimana kerokan dapat menghilangkan masuk angin. Hanya karena
khasiatnya yang terbukti “nyata”, teknik ini masih lestari hingga sekarang.
Masyarakat
umum kerap memahami kerokan sebagai cara “mengeluarkan angin” saat masuk angin.
Dalam istilah kedokteran, itu disebut common
cold atau sindroma angin, merupakan penyakit umum yang sering dirasakan
masyarakat. Gejalanya antara lain, meriang, kepala pening, serta leher dan
persendian pegal-pegal.
Di
masyarakat, terutama kalangan menengah kebawah, kerokan sudah menjadi kebiasaan
untuk penyembuhan. Menggosokan atau mengerok bagian belakang tubuh dengan koin
atau logam, dengan menggunakan minyak atau balsam, selain untuk menghangatkan
tubuh, juga melicinkan proses kerokan, dirasakan mampu meringankan rasa
pegal-pegal dan pusingnya masuk angina.
Kenyataan
ini mendorong Prof.Dr.Didik Gunawan Tamtomo, untuk melakukan penelitian tentang
efek kerokan dan dijadikan sebagai tema desertasinya. Dengan desertasi yang
berjudul “kajian biologi molecular pengobatan
tradisional kerokan pada penanggulangan myalgia” Didik berhasil menggondol
gelar Doktor di Universitas Airlanggan Surabaya.
Penelitian
ini pada dasarnya di lakukan untuk mengungkap mekanisme penurunan myalgia
(nyeri otot) pada pengobatan kerokan. Keterkaitan terhadap fenomena pengobatan
kerokan merupakan tradisi turun-temurun, khususnya di masyarakat jawa, menjadi
alasan riset. Kerokan dipilih karena cara itu merupakan salah satu budaya
leluhur yang harus dilestarikan.
Cara Kerja Kerokan
Menurut
penelitian tersebut, pada metode kerokan ternyata terjadi reaksi inflamasi . antara lain perubahan
diameter Vaskular, migrasi leukosit, dan pengeluaran mediator inflamasi, mediator inflamasi yang penting adalah IL-1, C1q, C3 dan PGE 2.
IL-1
merupakan sitokin proinflamasi yang dihasilkan oleh berbagai sel tubuh,
antara lain monosit, endotel, sel
Langerhans kuli, dan keratinosit. Sedangkan C1Q dan C3 merupakan
kemoaktraktan yang aktivasinya memerlukan kompleks antigen antibody pada jalur
klasik. Disini yang berperan adalah C1Q.
Selain
mediator kimia, pada metode kerokan terjadi rangsangan pada keratinosit dan endotel yang akan mengekspresikan POMC ( proopiomelanokortin ).
POMC merupakan polipeptida yang
kemudian akan dipecah dengan hasil akhir salah satunya endorphin.
Pada
perlakuan kerokan terjadi penekanan dan peregangan secara berulang pada kulit.
Peregangan itu menyebabkan bilur berwarna merah. Efek yang sering melakukan
kerokan rata-rata ingin mengendurkan otot-otot yang tegang. Mereka juga ingin
merasakan sensasi relaksasi pada kulit.
Secara
medis, kerokan merangsang reaksi inflamasi dibawah kulit. Reaksi inflamasi yang
ditandai dengan munculnya bilur-bilur merah pada kulit mampu membersihkan sisa
kulit mati dan memperlebar pembuluh darah sehingga aliran darah lancar. Kerokan
memilik efek menghilangkan nyeri melalui system endorphin sehingga menimbulkan
kesegaran tubuh, reaksi kardiovaskular melalui perbaikan sirkulasi perifer, dan
respon peningkatan temperature tubuh akibat refleksi inflamasi akut.
Menurut
uji laborat terhadap sampel darah responden, diketahui kadar beta endorphin
(yang memproduksi zat morfin) naik drastic. Itulah yang memicu efek ketagihan
bagi orang yang terbiasa menggunakan metode ini. Selain itu, meningkatnya zat
morfin dari tubuh mampu membuat tubuh menjadi ringan dan rileks.
TIPS KEROKAN
KEUNTUNGAN
- pengobatan murah dan efektif sebagai pengobatan alternative
- Tubuh menjadi segar akibat peningkatan IL-1 C1Q, dan Beta Endorfin.
- KadarC3 dan PGE2 justru turun yang akan memicu reaksi kardiovaskular yang ditandai kenaikan suhu tubuh antara 0,5 – 2 derajat celcius.
- Dapat mengobati nyeri otot, nyeri kepala, demam, migraine, dan nyeri ketika menstruasi. Kerokan dapat memperlancar sirkulasi darah.
LARANGAN
- Jangan mengerok leher bagian depan karena banyak sekali saraf kecil. Bila terlalu ditekan, seseorang bisa pingsan.
- Setelah kerokan, sebaiknya jangan mandi dulu karena pori-pori kulit dalam keadaan terbuka. Lebih baik seka dengan Lap basah yang dicelup air hangat, lalu diperas.
- Penderita penyakit kulit seperti panu, kurap, dilarang kerokan karena akan memperparah infeksi peradangan.
- Penderita diabetes sebaiknya menghindari kerokan. Dikhawatirkan bila luka atau lecet, akan sulit sembuh.
- jangan bertukar alat kerokan dengan orang lain. Sekecil apapun luka, bakal menjadi tempat masuknya virus hepatitis C atau HIV.
CARA YANG BENAR
- Alat pengerok harus tumpul agar tidak melukai kuliy.
- Minyak dibutuhkan, selain menghangatkan tubuh juga melicinkan proses pengerokan.
- Bagian badan yang baik untuk dikerok adalah bagian belakang tubuh, kepala atau leher.
- Cara yang benar adalah mengerok bagian tulang belakang secara vertical dari atas kebawah, diikuti dengan cara yang sama di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, baru dilakukan kerokan menyimpang di punggung mengikuti arah tulang rusuk.
Comment Policy : Lorem ipsum dolor sit amet, saepe gubergren sed id, et est posse insolens temporibus, alterum blandit offendit est et. Quando vocibus nam at. Quo malis detraxit ut, eu nulla decore mentitum, eu ferri postulant urbanitas pri. Nihil consul viderer vel ea, vel doctus accusamus gloriatur ut. Elitr iuvaret.